Halaman

Senin, 05 Desember 2011

ALAM DAN MASA KECILKU


Semasa kecil aku termasuk anak yang penurut, tapi lebih suka permainan laki-laki dan berpakaian laki-laki, hingga sepupuku memanggilku "Geboy" Karena ulahnya, teman-teman semasa kecilku yang lain memanggilku "Geboy" juga. Lalu pangilan itu berubah menjadi "Boy". Huuuft! Ada-ada saja temanku itu. Hingga kini, teman kuliah dulu, masih saja ada yang memanggilku seperti itu walau aku kini telah memiliki suami dan 3 orang anak laki-laki.



Semasa kecil, aku tinggal di sebuah rumah sederhana, di pinggiran kota, jika mata memandang ke depan terdapat laut yang indah dengan beberapa pulau kecilnya, belakang dan samping, terdapat jajaran pegunungan Bukit Barisan yang hijau. Waktu aku kecil, aku suka bermain bersama teman-temanku. Bermain lompat karet, bermain taplak, bermain kelereng, bermain petak umpet. Kini... Permainan itu kulihat jarang ditemui lagi, digantikan dengan permainan-permainan modern.
Kadang kubermain sepak bola di tanah lapang yang tidak begitu lapang dekat rumahku. Kini... Tanah lapang itu telah menjelma menjadi rumah-rumah yang padat penghuninya.

Aku juga suka sekali bermain di sawah yang tidak jauh dari rumahku. Memancing ikan, menangkap belut, mencari jerami utk membuat trompet-trompetan. Kini sawah itu tiada lagi, menjelma menjadi perumahan mewah.

Aku sering pergi ke kebun-kebun dekat rumahku, mencari capung, berlarian. Kini... Kebun-kebun itu pun telah menjelma menjadi rumah-rumah kumuh yg padat dan bau.

Jika pagi menjelang aku masih bisa menikmati kawanan burung-burung emprit bernyanyi dan beterbangan bergerombol di angkasa. Kini... Mereka ntah ke mana?

Aku bisa hiking bersama kawan-kawanku memanjat tebing, melihat air terjun, menikmati harumnya bunga-bunga kopi dan cengkeh di jajaran bukit barisan tak jauh dari rumahku. Kini daerah itu telah mnjelma menjadi perumahan mewah, dan vila-vila milik pribadi. Juga terkadang aku pergi ke laut dan menikmati indahnya trumbu karang dengan ikan-ikan hiasnya walau hanya di tepian laut. Kini mereka tiada lagi.

Aku terkadang bermain di sungai yang jernih dengan airnya yg berlimpah di samping rumahku. Tapi kini sungai itu mulai kotor dan mengering airnya.

Walau hanya di sekitar rumah atau hanya beberapa langkah saja dari rumahku, aku bisa menikmati indahnya alamku dengan hijaunya pepohonan, kicauan burung-burung yang merdu & sejuknya udara pagi. Kini pepohonan telah berganti dengan rumah-rumah yg berakar batu, beranting dinding, berdaun pintu & jendela. Kicauan burung telah berganti dengan bisingnya kendaraan bermotor. Sejuknya udara pagi pun telah menguap.

Aku ingin menikmati alamku yang dulu, yang murni, yang indah. Kini semua itu telah menghilang.
Aku harus pergi beberapa kilo meter untuk menikmati indahnya alamku. Namun ku masih beruntung karena masih memiliki sebuah kebun yang dengan gubuk mungilnya di ujung desa di sebuah lembah yang hijau dan sejuk dengan gemercik air mengalir dan kicauan burung yang merdu.

Lepas rasanya jika ku berada di gubuk reotku itu dengan pepohonan yang rindang dan menghijau. Masa kecilku tlah berlalu, alam hijauku pun tlah berlalu.

Di manakah rasa cinta pada alam ini? Mereka menangis, menjerit. Namun tangan-tangan batil manusia tlah menjarah dan mengobrak abriknya.
20 November 2011 jam 22:24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar