Halaman

Sabtu, 01 Februari 2014

Dengan Hati

Meski usia semakin menua mendekati hampir separuh baya, saya terus belajar dan belajar mencari suatu metode pengajaran yang mudah dan cepat bagi siswa saya dalam memahami hitungan-hitungan matematika.  3 tahun lamanya akhirnya saya dapat merancang metode itu. Metode hitungan tanpa alat bantu apapun tapi dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.


Hampir saja saya putus asa, karena di akhir kenaikan kelas tahun lalu, hampir semua murid saya berhenti belajar pada saya. Tapi dengan kekuatan dan kebulatan tekad dan juga karena kecintaan saya dalam mengajar, saya kembali mulai dari awal lagi. Kali ini saya sudah berhasil menemukan metode praktis dan cepat untuk mengerti hitungan matematika. 

Di akhir semester 1 nilai matematika anak saya yang kelas 4 SD, di rapor 99. Dari 4x ulangan, nilai ulangan harian 1 mendapat 100, ke 2 mendapat 100, ke 3 mendapat 98 dan pada saat ulangan semester mendapat nilai 100. Berawal dari sini beberapa orang tua murid kembali menaruh kepercayaan pada saya.

Saat ini siswa saya lebih stabil dan minat belajar mereka lebih tinggi daripada siswa saya sebelumnya. Bahkan ada yang hanya dalam jangka waktu 2 bulan saja, siswa saya yang kelas 2 SD sudah bisa menghitung perkalian tanpa berhitung lama. Padahal sebelumnya ia masih menghitung pakai jari dan sama sekali belum bisa perkalian. Saya melarang siswa saya menhapal perkalian 1 - 10. Metode yang saya ajarkan dapat membuat si anak dengan otomatis menghitung perkalian dengan cepat. Saat saya menulis ini ia sudah bisa menghitung perkalian bilangan sampai dengan 40an dengan satuan. Kemajuan yang luar biasa!!! Perlahan-lahan saya sedang mengajarkannya bagaimana caranya mengerjakan soal cerita.

Saya termasuk guru bimbel yang sangat-sangat tahu sampai di mana kemampuan siswa saya. Saya mengajar siswa saya satu persatu sampai mereka benar-benar mengerti. Bagi siswa yang lambat, saya takkan pernah bosan mengulang dan terus mengulang sampai ia mengerti. Sehingga saya tidak bisa mengajar sekaligus dengan siswa lebih dari 4 anak. Saya mengajar sesuai dengan kemampuan masing-masing anak. Walau 1 kelompok dalam belajar ada 4 orang, saya tidak pernah menunggu anak yang lambat. Yang cepat dan rajin akan dapat lebih  banyak, sedang yang malas dan lambat akan tertinggal. Namun saya tak pernah bosan memberi semangat pada mereka untuk tetap berusaha.

Sungguh mengherankan, saya sangat-sangat mencintai profesi sebagai guru lebih dari profesi apapun yang pernah saya jalani. Padahal jika saya bekerja di bidang lain, saya akan mendapat penghasilan yang jauh lebih banyak. Tapi dalam mengajar, saya bisa mendapat sesuatu yang lebih. Sebuah kepuasan batin yang tak ternilai dengan apapun. Jika selesai mengajar, saya tak pernah merasa lelah, malah saya merasa lega dan gembira. Saat mengajar, saya sama sekali tidak pernah marah apalagi sampai memukul siswa saya. Sehingga mereka merasa nyaman belajar dengan saya.

Kadang saya heran, padahal saya cuma mengajar bimbel, tapi ada saja orang tua murid dan siswa yang berbohong pada saya agar mendapat nilai besar dari PR yang saya berikan. Satu ketika, seorang siswa saya mengerjakan soal tidak menggunakan metode yang saya ajarkan. Saya katakan, bahwa saya tidak perlu nilai besar, tapi ia harus menggunakan cara yang saya ajarkan agar nantinya tidak mengalami kesulitan jika mneghadapi soal-soal yang lebih sulit. Langsung saya hapus semua PRnya (siswa saya selalu memakai pensil mengerjakan soal yang saya berikan). Saya minta ulang semuanya. Saya sudah berpesan pada mereka, bahwa PR yang saya berikan harus dikerjakan sendiri, tidak boleh bertanya pada siapapun kecuali saya. Tidak boleh diperiksa oleh siapapun kecuali saya. Jika salah, tidak usah takut. Jika tidak bisa, tidak usah dikerjakan dan saya akan kembali mengulang menjelaskan sampai mereka bisa mengerjakannya. Saya selalu berpesan begitu. Di sinilah saya mendidik kejujuran anak dan kemandirian anak dalam mengerjakan hitungan. Karena berhitung butuh kemandirian dan mental. Jika tidak, si anak akan selalu ragu dan takut salah dalam mengerjakan soal.

Ada seorang sahabat saya yang begitu melihat laptop saya yang berisi semua bahan ajar saya berkata, "Wah, uang semua nih!! Hahaha... Ilmu itu sungguh mahal!!! Bertahun-tahun mencoba dan terus belajar. Walau masih banyak yang meremehkan kemampuan saya, saya tak pernah patah arang. Satu saat mereka akan menyesal, itu kata salah satu orang tua siswa saya, ketika diajak ikut bimbel saya ia tidak mau. Ilmu saya masih dianggap biasa-biasa saja. Hehe... Biarlah! Saya hanya mau mengajar anak yang berminat, tak bisa dipaksakan. 

Perlu diingat oleh kita semua!
Ilmu pengetahuan yang kita pelajari pasti akan berguna satu saat kelak. Belajar tak akan membuat kita rugi. Saya selalu bilang, uang yang mereka keluarkan tidak sebanding dengan ilmu yang saya berikan, karena akan digunakan seumur hidup mereka. Itu pasti!!! Makanya salah satu orang tua siswa saya berkata seperti itu. Waktu takkan pernah dapat diputar kembali. Waktu terus bergerak maju. Begitu pula metode hitungan yang saya terapkan bergerak maju tidak boleh mundur karena akan sulit diikuti. Seperti waktu, langkah kaki dan pikiran kita yang selalu bergerak maju. Itulah yang lebih mudah diikuti.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar